11 Januari 2009

Alam dan Manusia

Bumi telah terbentuk jutaan tahun yang lalu. Beragam teori para ilmuwan mencoba untuk mendefinisikan bagaimana awal bumi itu terbentuk. Tetapi sekarang mari kita sampingkan dulu sejenak berbagai teori ilmiah tersebut. Bila kita melihat dari Kitab Suci, Tuhanlah yang telah menciptakan bumi dan segala isinya menurut kehendakNya saat menjelajahi bumi yang belum terbentuk dalam rupa Roh Kudus selama 6 hari ( Kej. 1 – 2 ). Pada awalnya, Tuhan menciptakan terang, gelap, cakrawala, laut, daratan, serta segala tunas tumbuhan dan hewan yang hidup di bumi. Tuhan merasa sangat puas atas segala penciptaan yang dibuatNya sehingga Ia menciptakan manusia sebagai pihak yang akan menguasai seluruh ciptaanNya tadi ( Kej 1 : 21 – 31 ).

Setelah melihat inti bacaan Kitab Suci di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Tuhan menciptakan manusia dan alam sebagai kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Manusia membutuhkan alam sebagai sumber penghidupannya sedangkan alam membutuhkan manusia untuk merawat dan melestarikannya. Hubungan timbal balik ini haruslah berjalan dengan seimbang agar terjadi keharmonisan antara manusia dan alam serta Tuhan yang menciptakannya. Namun mari kita berkaca pada kehidupan kita hari ini. Adakah yang kita lihat selaras dengan keharmonisan? Atau adakah keseimbangan peran antara manusia dan alam berjalan dengan baik? Jawabannya tidak lagi. Kini manusia dengan segala ketamakannya berlomba – lomba untuk menguras habis kekayaan alam bumi ini. Setiap individu saling bunuh untuk bisa memenuhi hasrat duniawinya. Kini alam hanya menjadi objek pemenuh kebutuhan material semata dan tidak lagi dianggap sebagai ‘kawan’ yang juga perlu diperhatikan kebutuhannya.

Kini alam telah marah. Kini alam telah menampakkan kekuatan yang sebenarnya bahwa ia juga bisa membuat kita manusia menderita sama seperti kita yang telah memperlakukan alam dengan semena – mena. Berbagai macam bencana alam telah terjadi di mana – mana dan sebagian besar adalah akibat dari ulah manusia. Banjir, tanah longsor, hujan asam, pemanasan global dan lain – lainnya adalah respon yang diberikan alam kepada kita. Seharusnya kitapun sadar bahwa kini kita tidak lagi menjalankan peran yang diberikan Tuhan kepada kita.

Sudah saatnya kita berganti haluan dan kembali menyadari siapa dan apa peran kita manusia yang sebenarnya. Langkah pertama memang langkah terberat dari seluruh rangkaian proses perubahan tersebut. Tetapi marilah kita mencoba melakukannya dari hal yang paling sederhana terlebih dahulu dan berlatih untuk membiasakannya. Hal paling pertama yang dapat kita lakukan bagi alam adalah mensyukurinya, berterima kasih atas kehidupan yang telah alam berikan pada kita sampai detik ini. Mulai dari oksigen yang kita hirup, air yang menghilangkan dahaga kita, sinar matahari yang menyokong pengelihatan kita serta jutaan lainnya yang bahkan tidak kita sadari. Rasa syukur akan mendorong kecintaan kita pada alam itu sendiri. Setelah tumbuh rasa cinta terhadap alam segala sesuatunya akan menjadi mudah. Kita tidak lagi akan membuang sampah sembarangan, tidak akan menggunakan kendaraan pribadi karena dapat menyebabkan polusi yang lebih banyak, tidak menggunakan benda plastik yang tidak ramah lingkungan sehingga jika masih ada waktu kita akan kembali bersahabat dengan alam. Tetapi bagaimana jika tidak ada waktu lagi? Bagaimana jika alam atau Tuhan memutuskan untuk melenyapkan kita dari muka bumi ini? Jawabannya lakukan sekarang juga. Carilah segala cara untuk bisa segera memahami peran besar yang telah Tuhan berikan semenjak kita dilahirkan.


Oleh :

Fransisca Adelina

X6 / 17 - SMAN 9, Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar